Di sebuah rumah kecil yang nyaman, hiduplah seekor cicak bernama Cici. Cici adalah cicak yang sangat suka berpetualang. Ia sering menjelajahi setiap sudut rumah, dari langit-langit hingga jendela. Suatu hari, Cici melihat sesuatu yang sangat menarik di sepanjang jalur perjalanannya—sebuah setrikaan yang terletak di atas meja.
“Wow, apa itu?” pikir Cici sambil mengamati setrikaan berkilau itu. “Sepertinya benda ini sangat keren!”
Melihat setrikaan yang tidak digunakan, Cici memutuskan untuk lebih mendekat. Ia merasa ingin tahu dan berusaha mendekati setrikaan tersebut. Ketika ia sampai di dekat setrikaan, Cici melihat tombol-tombolnya yang berwarna-warni dan melihat uap mengepul keluar dari lubang-lubangnya.
“Coba aku tekan tombol-tombol ini,” gumamnya. Tanpa pikir panjang, Cici melompat ke setrikaan dan menekan salah satu tombol dengan kakinya. Tiba-tiba, setrikaan itu mengeluarkan suara “vruuumm!” dan uap mulai keluar dengan deras!
Cici terkejut, dan tanpa sadar ia terpeleset dan masuk ke dalam kompartemen kecil di bagian depan setrikaan. “Wah! Aku terjebak!” teriaknya sambil berusaha mencari jalan keluar. Cici merasakan panas dari dalam setrikaan, tetapi rasa ingin tahunya membuatnya tetap tenang.
Di luar, pemilik rumah, Mbak Rina, datang untuk mengambil setrikaan itu. Ia melihat bahwa cicak kesayangannya, Cici, tidak ada di tempatnya. “Cici, di mana kamu?” panggilnya. Namun, tidak ada jawaban dari Cici.
Sementara itu, di dalam setrikaan, Cici berusaha mencari cara untuk keluar. Ia menemukan berbagai benda kecil yang tersimpan di dalamnya: potongan kain, kancing, dan bahkan sedikit debu. “Ini semua sangat menyenangkan, tetapi aku harus keluar!” katanya kepada dirinya sendiri.
Kemudian, Cici teringat teknik melompatnya. Ia mencoba melompat dari satu sisi ke sisi lain untuk mencari celah. Dengan berusaha keras, akhirnya Cici berhasil menemukan tombol yang tepat! Ia menekan tombol tersebut, dan setrikaan pun mati, menghentikan keluarnya uap.
Dengan hati-hati, Cici keluar melalui pintu yang ternyata terbuka. Ia melompat ke luar dengan lega dan melihat Mbak Rina sedang memegang setrikaan dengan bingung.
“Cici! Kamu di mana saja?” tanya Mbak Rina, sambil tersenyum melihat cicaknya kembali dengan selamat.
Cici merasa sedikit malu tetapi juga senang. “Aku hanya mencoba berpetualang, Mbak! Tapi itu sangat menegangkan di dalam sana!”
Mbak Rina tertawa dan mengelus kepala Cici. “Lain kali, jangan bermain dengan benda-benda yang berbahaya, ya? Kita bisa berpetualang bersama-sama tanpa harus terjebak, kok!”
Sejak itu, Cici belajar untuk tidak bermain-main dengan benda yang tidak dikenal. Ia terus berpetualang di rumah, tetapi kali ini dengan lebih hati-hati. Ia tetap menjadi cicak yang penasaran, tetapi tidak pernah melupakan pelajaran dari petualangannya di dalam setrikaan.